Jasaview.id

Contoh Paper PLH


BAB I
PENDAHULUAN
BIOGAS LIMBAH PETERNAKAN SAPI SUMBER ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN
A.    Latar Belakang
Dengan semakin majunya peradaban manusia akan menuntut semakin banyak aktifitas manusia yang akan dilakukan di muka bumi demi tujuan pemenuhan kebutuhan hidup. Hampir semua aktifitas tersebut menyebabkan pengakumulasian emisi 6 gas rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global (global warming) yaitu karbondioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksa fluorida, HFC dan PFC Salah satu penyumbang terbesar karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil (fosil fuel) seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam yang juga merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.Pemasanan global yang terjadi saat ini telah banyak membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia seperti menyebabkan iklim tidak stabil, peningkatan suhu permukaan laut, suhu global akan cenderung meningkat, gangguan ekologis serta berdampak pada kehidupan sosial dan politik. karena hal tersebut, sangatlah penting adanya usaha-usaha untuk mengurangi emisi gas efek rumah kaca. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghambat pemanasan global yang telah diikrarkan dalam “Protokol Kyoto” tahun 1997 adalah mengurangi emisi gas efek rumah kaca. Bioenergi menjadi salah satu hal yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif ramah lingkungan dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas.Bioenergi selain dapat dihasilkan dari tanaman yang memang sengaja dibudidayakan untuk produksi bioenergi juga dapat diusahakan dari pengolahan limbah yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia. Sehingga, diharapkan selain dapat mengurangi emisi gas efek rumah kaca juga mengurangi masalah lingkungan dan meningkatkan nilai dari limbah itu sendiri. Dan salah satu limbah yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan manusia adalah limbah dari usaha peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin, gas dan sisa makanan ternak. Limbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan sapi yang selama ini juga menjadi salah satu sumber masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca. Pada umumnya limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. Untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan


B.     MASALAH
Semakin hari kebutuhan manusia terhadap energy terutama gas semakin meningkat sehingga hasil kekayaan alam semakin menipis dan produksi bahan gas semakin sedikit.bagaimana cara alternative untuk membuat sumber energy baru pengganti gas bumi yang ramah lingkungan.
Bagaimana kah cara membuat kompos yang baik yang sederhana dan mempunyai manfaat yang sama seperti energi lainnya.
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbaharukan. Selain itu, peningkatan harga gas hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia,sebagai pengganti gas bumi biogas mempunyai keuntungan dan kelebihan.



C.    Tujuan Penullisan Karya Ilmiah
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini selain sebagai pemenuhan tugas dari Mata Kuliah PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP , Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan tentang limbah dari usaha peternakan sapi berupa kotoran sapi yang merupakan campuran   feses dan urin ternak sapi serta sisa pakan karena yang sebelumnya kurang dipandang ada manfaatnya menjadi suatu yang bermanfaat dalam mengurangi ketergantungan pada penggunaan sumber energi fosil.
Mengetahui bagaimana proses terjadinya biogas yang dioleh dari limbah kotoran sapi,dan mengetahui kelebihan serta ke unggulan dari biogas itu sendiri.









BAB II
LITERATUR
Biogas merupakan sebuah proses produksi gas bio dari material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen disebut anaerobik digestion Gas yang dihasilkan sebagian besar (lebih 50 % ) berupa metana. material organik yang terkumpul pada digester (reaktor) akan diuraiakan menjadi dua tahap dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahap pertama material orgranik akan didegradasi menjadi asam asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. Hidrolisis yaitu penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana.
A.     Bioenergi sebagai Energi Alternatif
Sumber daya energi mempunyai peran penting dalam semua aspek pembangunan ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk pertumbuhan kegiatan industri, jasa, perhubungan dan rumah tangga. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang untuk mendukung pertumbuhan sektor industri dan kegiatan lain yang terkait. Meskipun Indonesia adalah salah satu negara penghasil batu bara, minyak bumi dan gas, namun dengan berkurangnya cadangan minyak dan penghapusan subsidi menyebabkan harga minyak naik dan kualitas lingkungan yang menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.
Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak dengan mengembangkan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan (renewable). Salah satu jenis bahan bakar alternatif yang dimaksud adalah bioenergi. Menurut Hambali, dkk., 2007 bahwa ada beberapa jenis energi yang bias dijadikan pengganti bahan bakar fosil seperti tenaga baterai (fuel cells), panas bumi (geo-thermal), tenaga laut (ocean power), tenaga matahari (solar power), tenaga angin (wind power), nuklir dan bioenergi, dan di antara jenis energi alternatif tersebut, bioenergi cocok untuk mengatasi masalah energi karena beberapa kelebihannya.
Akibat penggunaan bahan bakar fosil (fuel fosil) dalam jangka panjang ternyata telah memberikan implikasi negatif terhadap kehidupan di dunia. Hasil penelitian dari sekelompok peneliti di bawah naungan Badan Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim atau disebut International Panel on Climate Change (IPCC), menyebutkan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam telah menyumbangkan cukup besar emisi gas efek rumah kaca yaitu karbon dioksida ke atmosfer bumi yang ikut andil dalam proses pemanasan global (global warming).
Pemanasan global memberikan dampak sangat negatif pada stabilitas kehidupan manusia antara lain menyebabkan iklim tidak stabil, peningkatan suhu permukaan laut, suhu global dunia akan cenderung meningkat, gangguan ekologis serta berdampak pada kehidupan sosial dan politik.
Kondisi ini sangat memprihatinkan, ketergantungan terhadap sumber energi tidak dapat dihindarkan, dengan semakin majunya peradaban manusia maka kebutuhan akan sumber energi dalam setiap sektor kehidupan sangatlah besar. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar minyak sangatlah besar. Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,5% pemakaian energi di Indonesia, gas bumi sebesar 19%, batu bara 21,5%, air 3,7%, panas bumi 3% dan energi terbarukan (renewable) hanya sekitar 0,2% daro total penggunaan energi.

 Tabel 1.   Ketersediaan energi fosil di Indonesia
 

Energi Fosil
Minyak Bumi
Gas
Batu Bara


Sumber daya
Cadangan (proven+posibble)
Produksi per tahun
Ketersediaan(tanpa eksplorasi)
Cadangan/Produksi Tahun)
86,9 miliar barel
9 miliar barel

500 juta barel

 23
384,7 TSCF
182 TSCF

3,0 TSCF

62
57 miliar ton
19,3 miliar ton

130 juta ton

 146


B.      Biogas dari Limbah Peternakan Sapi
Limbah peternakan seperti feses, urin beserta sisa pakan ternak sapi merupakan salah satu sumber bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Namun di sisi lain perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti menumpuknya limbah peternakan termasuknya didalamnya limbah peternakan sapi. Limbah ini menjadi polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa BOD dan COD (Biological/Chemical Oxygen Demand), bakteri patogen sehingga menyebabkan polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air permukaan), polusi udara dengan debu dan bau yang ditimbulkannya.
Biogas sebagai salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui dapat menjawab kebutuhan akan energi sekaligus menyediakan kebutuhan hara tanah dari pupuk cair dan padat yang merupakan hasil sampingannya serta mengurangi efek rumah kaca. Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif dapat mengurangi penggunaan kayu bakar. Dengan demikian dapat mengurangi usaha penebangan hutan, sehingga ekosistem hutan terjaga. Biogas menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan asap.

.  Tabel 2. Komponen penyusun biogas
Jenis Gas
Persentase
Metan (CH4)
Karbondioksida (CO2)
Air (H2O)
Hidrogen sulfide (H2S)
Nitrogen (N2)
Hidrogen
50-70%
30-40%
0,3%
Sedikit sekali
1- 2%
5-10%
Sumber : Bacracharya, dkk., 1985
  Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi  yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60 – 100 watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 3.
 Tabel 3. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan
Aplikasi
1m3 Biogas setara dengan


1 m3 biogas

Elpiji 0,46 kg
Minyak  tanah 0,62 liter
Minyak solar 0,52 liter
Kayu bakar 3,50 kg

Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangkan dunia peternakan sapi di Indonesia saat ini. Disamping itu, kenaikan tarif listrik, kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum Gas), premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel dan minyak bakar telah mendorong pengembangan sumber energi elternatif yang murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan (Nurhasanah dkk., 2006).
Peningkatan kebutuhan susu dan pencanangan swasembada daging tahun 2010 di Indonesia telah merubah pola pengembangan agribisnis peternakan dari skala kecil menjadi skala menengah/besar. Di beberapa daerah telah berkembang koperasi susu, peternakan sapi pedaging melalui kemitraan dengan  perkebunaan kelapa sawit dan sebagainya. Kondisi ini mendukung ketersediaan bahan baku biogas secara kontinyu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas.
Pemanfaatan limbah peternakan khususnya kotoran ternak sapi menjadi biogas mendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai.
Menurut Santi (2006), beberapa  keuntungan  penggunaan  kotoran ternak sebagai  penghasil  biogas  sebagai berikut :
1.      Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah, pencemaran udara (bau).
2.      Memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai bahan bakar biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk keperluan rumah tangga.
3.      Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi bagi kegiatan rumah tangga yang berarti dapat meningkatkan kesejahteraan peternak.
4.      Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan di lokasi yang masih belum memiliki akses listrik.
5.      Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya kegiatan ini sebagai usulan untuk mekanisme pembangunan bersih (Clean Development Mechanism).

C.     Pengolahan Limbah Peternakan Sapi Menjadi Biogas
Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi biogas pada prinsipnya menggunakan metode dan peralatan yang sama dengan pengolahan biogas dari biomassa yang lain. Adapun alat penghasil biogas secara anaerobik pertama dibangun pada tahun 1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk menjadikan gas metan sebagai biogas dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada masa antara dua Perang Dunia. Selama Perang Dunia II, banyak petani di Inggris dan Benua Eropa yang membuat alat penghasil biogas kecil yang digunakan untuk menggerakkan traktor. Akibat kemudahan dalam memperoleh BBM dan harganya yang murah pada tahun 1950-an, proses pemakaian biogas ini mulai ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara berkembang kebutuhan akan sumber energi yang murah dan selalu tersedia selalu ada. Oleh karena itu, di India kegiatan produksi biogas terus dilakukan semenjak abad ke-19. Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua Nugini telah melakukan berbagai riset dan pengembangan alat penghasil biogas. Selain di negara berkembang, teknologi biogas juga telah dikembangkan di negara maju seperti Jerman.
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan (Nandiyanto, 2007). Menurut Haryati (2006), proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahanorganik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara, bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga. Gas metan adalah gas yang mengandung satu atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas metan yang dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah sampah organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya serta air yang cukup banyak.
Proses fermentasi memerlukan kondisi tertentu seperti rasio C : N, temperatur, keasaman juga jenis digester yang dipergunakan. Kondisi optimum yaitu pada temperatur sekitar 32 – 35°C atau 50 – 55°C dan pH antara 6,8 – 8 . Pada kondisi ini proses pencernaan mengubah bahan organik dengan adanya air menjadi energi gas.
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah, proses anaerobik juga memberikan beberapa keuntungan lain yaitu  menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen organic, bakteri coliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, dan bau.
Proses pencernaan anaerobik, yang merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu proses pemecahan bahan organik oleh aktifitas bakteri metanogenik dan bakteri asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti kotoran binatang, manusia, dan sampah organik rumah tangga.
Pembentukan biogas meliputi tiga tahap proses yaitu:
1.      Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan pemecahan bahan organik yang komplek menjadi sederhana dengan bantuan air (perubahan struktur bentuk polimer menjadi bentuk monomer).
2.      Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari perombakan gula-gula sederhana tadi yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan ammonia.
3.      Metanogenik, pada tahap metanogenik terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi sulfat juga terdapat dalam proses ini yang akan mereduksi sulfat dan komponen sulfur lainnya menjadi hydrogen sulfida.

Cara Pengolahan Biogas seperti berikut ini:
1.      Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 2 (bahan biogas).
2.      Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui lubang pengisian (inlet) hingga bahan yang dimasukkan ke digester ada sedikit yang keluar melalui lubang pengeluaran (outlet), selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.
3.       Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang terbentuk di dalam digester sudah cukup banyak. Pada sistem pengolahan biogas yang menggunakan bahan plastik, penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak kira-kira 10% dari volume digester. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge secara otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan sebagai pupuk kandang/pupuk organic baik dalam keadaan basah maupun kering


Menurut Sulaeman (2008), terdapat sepuluh faktor yang dapat mempengaruhi optimasi pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi biogas yaitu:
1.      Ketersediaan ternak
2.      Kepemilikan Ternak
3.      Pola Pemeliharaan Ternak
4.      Ketersediaan Lahan
5.      Tenaga Kerja
6.      Manajemen Limbah/Kotoran
7.      Kebutuhan Energi
8.      Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
9.      Pengelolaan Hasil Samping Biogas
10.  Sarana Pendukung




BAB III
PEMECAHAN MASALAH

A.    Pengertian limbah
Limbah adalah bahan atau sisa dari suatu proses produksi atau aktivitas manusia yang sudah tidak di manfaatkan lagi jika limbah tidak di kelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah dalam kehidupan manusia sebagai penyebab menurunnya mutu lingkungan melalui pencemaran lingkungan, menggangu kesehatan manusia dan juga sebagai salah satu penyumbang emisi gas efek rumah kaca.
Teknologi biogas adalah suatu teknologi yang dapat digunakan dimana saja selama tersedia limbah yang akan diolah dan cukup air. Di negara maju perkembangan teknologi biogas sejalan dengan perkembangan teknologi lainnya. Untuk kondisi di Indonesia, teknologi biogas dapat dibangun dengan kepemilikan kolektif dan dipelihara secara bersama. Seperti yang dicanangkan oleh Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia Direktorat Jenderal  Peternakan Departemen Pertanian Republik Indonesia melalui program Pengembangan Biogas Ternak bersama Masyarakat (BATAMAS) yang dimulai pada tahun 2006.
B.     Pemecahan Masalah
Pada umumnya pada jenis bahan organic bias diproses untuk menghasilkan biogas,namun demikian hanya bahan organik ( padat,cair )homogeny seperti kotoran dan urine hewan ternak yang cocok untuk system biogas ,disamping itu juga sangat mungkin menyatukan saluran pembuangan di kamr mandi/ wc ke dalam system biogas.
Di daerah yang banayak industri pemprosesan makanan seperti tahu,tempe,ikan pindang bias menyatukan saluran limbanhnya kedalam system biogas sehingga limbah industry tidak mencemari lingkungan sekitar.
Biogas dapat di pergunakan dengan cara yang sama seperti gas yang mudah terbakar , pembakaran biogas dilakukan dengan proses pencampuran dengan sebagaian oksigen o2 oleh Karen itu sangat cocok digunakan sebagai pengganti minyak tanah,LPG butana,batu bara, bahan-bahan lain yang berasal dari fosil namun untuk mendapatkan hasil pembakaran yang pertama perlu dilakukan pra kondisi sebelum di bakar melalui proses pemurnian/ penyaringan karena biogas mengandung beberapa gas yang tidak menguntungkan.
Ada beberapa alasan mengapa biogas belum popular penggunaannya di kalangan peternak atau kalaupun sudah ada :
1.      banyak yang tidak lagi beroperasi,
2.      yaitu kurang sosialisasi,
3.       teknologi yang diterapkan kurang praktis dan perlu pemeliharaan yang seksama .
pemecahaan masalah dari 3 point tersebut menurut saya digalakan sosialisasi terhadap peternak sapi agar memenfaat kan limbahnya dengan cara membuat biogas yang ramah lingkungan,serta memberikan simulasi bagaimana cara mengolah biogas yang praktis.dan memberikan harga murah terhadap peralatan yang menunjang proses pembuatan biogas
 Menurut Santi (2006) ada beberapa Keuntungan penggunaan kotoran ternak sebagai penghasil biogas. Dari poit ke
4.      Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan dimanfaatkannya biogas untuk menjadi energi listrik untuk diterapkan di lokasi yang masih belum memiliki akses listrik.
          Menurut saya pengkajian terhadap kemungkinan itu cukup memakan waktu yang lumayan lama karna mungkin saat ini blom adanya penerapan tindak lanjut dari biogas menjadi enargi listrik.maka dari itu di harapkan adanya realisasi terhadap perusahaan ternak hewan khusus nya sapi agar limbah sapi menjadi banyak manfaat dan kegunaan nya yang benilai tinggi dan ramah lingkungan.

Pencemaran umum yang ada di peternakan sapi adalah bau nya yang sangat menyengat ada cara untuk mengurangi bau tersebut:
ü  Membersihkan kandang secara teratur 2x sehari menggunakan semprotan air
ü   mandikan sapi 2x sehari mencampurkan probiotik pada makanan dan minuman sapi untuk mengoptimalkan fungsi perncernaan dan metabolismelimbah sehingga kotoran/faces yang dihasilkan tidak berbau menyengat atau dapat juga langsung disiramkan pada kotoran tersebut.
Menurut Nurhasanah dkk., 2006 Energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan kerena produksi biogas peternakan ditunjang oleh kondisi yang kondusif dari perkembangkan dunia peternakan sapi di Indonesia saat ini.
Iya,saya sangat setuju dengan dikembangkan nya energi biogas, karena semakin menipis nya hasil kekayaan bumi terutama gas.minyak bumi, batu bara dan lainya.disamping itu penggunaan biogas mempunyai ke unggulan yaitu ramah lingkungan dan mudah untuk membuatnya.
Menurut Sulaeman (2008),point yang ke 10 yaitu tentang sarana pendukung disini yaitu meliputi air dan peralatan kerja.yang menjadi masalah nya yaitu pengusaha ternak yang belum memiliki peralatan yang cukup canggih diberikan kemudahan untuk mendapatkan nya dengan harga yang murah  untuk mempermudah meringkankan pekerjaan. masih jauh dari apa yang diharapkan.peran pemerintah sangat di butuhkan untuk memajukan hasil pengolahan biogas karena mempunyai keuntungan memanimalisir nya kekeurangan energi bumi.





BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
salah satu cara untuk mengatasi nya yaitu memanfaatkan limbah sapi.pada umumnya limbah peternakan hanya digunakan untuk pembuatan pupuk organik. untuk itu sudah selayaknya perlu adanya usaha pengolahan limbah peternakan menjadi suatu produk yang bisa dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah lingkungan. Pengolahan limbah peternakan melalui proses anaerob atau fermentasi perlu digalakkan karena dapat menghasilkan biogas yang menjadi salah satu jenis bioenergi. Pengolahan limbah peternakan menjadi biogas ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak yang mahal dan terbatas, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjadikan peluang usaha bagi peternak karena produknya terutama pupuk kandang banyak dibutuhkan masyarakat. 
B.     SARAN
Dalam penulisan PAPER ini, kita sebagai manusia biasa masih banyak mempunyai kekurangan sehingga kami selaku penulis makalah ini meminta saran dan kritik yang membangun pagar bisa melengkapi kekurangan dalam penulisan makalah ini dan yang akan datang









DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Bacracharya, dkk., 1985
Menurut Santi (2006) (Nurhasanah dkk., 2006).
Nurhasanah 2006. Perkembangan Digester Biogas di Indonesia. http://www.mekanisasi.litbang.go.id. (10 Agustus 2009).
Sulaeman, D. 2008. Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak.  http://www.agribisnis.deptan.gp.id/layanan.inf. (10 Agustus 2009).

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Jasaview.id